Jumat, 26 September 2014

(Pribadi) Selamat ulang tahun gadis kecilku

Hari itu aku menjalankan rutinitasku seperti hari hari biasanya. Sampai saat sore hari tiba tiba ponselku berbunyi. Kulihat dari display ponsel nomor ibuku tertera disana. Langsung saja aku angkat, percakapan kami hanya biasa saja. Sekedar menanyakan kabar dan ibu ku yang selalu mengingatkan untuk tidak meninggalkan sholat dan lain sebagainya. Sampai diakhir pembicaraan ibu ku bertanya apa aku sudah menelpon adikku? Dan ternyata hari itu adalah hari ulang tahun adikku yang ke-17. Kata orang, 17 tahun adalah waktu dimana seseorang mulai mencari jati diri yang sebenarnya. Mau menjadi apa dan mau seperti apa dirinya. Usia 17 tahun juga dianggap sebagai usia yang cukup dewasa, mengingat itu aku menjadi berpikir 'ah, gadis kecilku sudah dewasa sekarang'. 4 september 17 tahun yang lalu aku mendapat gelar baru sebagai seorang kakak. Lalu tahun tahun berikutnya kami tumbuh bersama sebagai saudara. Kami bertengkar, menangis, dan merasa senang bersama. Selamat ulang tahun gadis kecilku, bagiku kamu tetap jadi gadis kecil yang selalu cengeng dan lucu. I love You.


Yogyakarta, 10.10

Senin, 15 September 2014

Semua berawal dari diri sendiri

Malam itu di sebuah kafe daerah kotabaru kami duduk santai sembari berbincang mengenai banyak hal. Kami yang saya maksud adalah saya,satu teman baik saya,dan salah satu sanak saudara saya yang kebetulan sedang dinas ke Yogyakarta. Musik klasik terus mengalun menemani perbincangan kami yang semakin hangat. Diantara banyak topik yang kami bahas, ada salah satu topik yang 'mengena' untuk saya. Saat itu kami membahas mengenai mengapa produk dalam negeri cenderung diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh warga negaranya sendiri. Baik saya maupun teman saya saling mengutarakan pemikiran kami yang jujur cenderung mendukung pihak pihak yang memandang produk dalam negeri sebelah mata. Berbagai alasan kami utarakan seperti kualitas rendah namun harga tinggi dan lain sebagainya. Saudara saya hanya diam dan menyimak. Memang beliau jauh lebih dewasa daripada kami dan punya pengalaman hidup yang jauh lebih banyak dibanding kami. Sampai akhirnya beliau berkata "Aku suka dengan cara kalian berpikir, tapi kalau boleh kasih pendapat, menurutku kalian masih terlalu idealis. Kalian masih berpikir seolah olah pemikiran kalian lah yang paling benar dan bisa mengubah semua". Mendengar kata katanya kami terdiam. Lalu sambil bergurau beliau melanjutkan "Ada sebuah pepatah lama, seorang anak pernah berpikir 'ah suatu saat aku pasti akan merubah dunia' namun seiring berjalannya waktu ia berpikir kalau itu terlalu mustahil untuk dilakukan. Lalu ia bertekad lagi 'suatu saat aku akan merubah negaraku' tapi ia masih merasa itu hal yang sangat berat untuk dilakukan. Dan seiring bertambahanya usia akhirnya ia memutuskan 'aku akan merubah keluargaku terlebih dahulu'. Sampai pada akhirnya saat semua keinginan dan tekadnya tidak berbuah apapun, saat itulas ia menyadari satu hal, dan ia berkata dalam hati 'ah, seharusnya aku merubah diriku sendiri sebelum aku memikirkan tentang hal lain'"
Mendengar cerita itu aku tertegun, dalam hati aku menyesali sikap dan pola pikirku yang cenderung memandang segala sesuatu dari satu sisi negatifnya saja. Tanpa mempertimbangkan berbagai faktor dan yang terpenting sadar akan diriku sendiri, yang bahkan belum memberi sumbangsih apapun untuk negara ini. Lantas, mengapa aku harus mencela dan mencari kesalahan orang lain?
Hari pun semakin beranjak malam, jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana kafe masih riuh ramai dengan sekumpulan orang. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Dalam hati saya sangat bersyukur kami dapat berkumpul bersama dan berbagi pengalaman&pelajaran.Satu pelajaran yang sangat lekat di memoriku yaitu, "Mulailah segala sesautu dari diri sendiri, karena saat kau sudah mampu merubah dirimu kearah yang baik maka saat itulah kau mampu merubah dunia".


Yogyakarta, 15 November 2014
23.06 WIB