Minggu, 20 Desember 2015

Rekoleksi Memori. Untuk Mas Ginting dan segala kasihnya.



Saat ini pun masih belum berubah... aku masih tertegun saat menatap semburat tawa di wajahnya.

Satu tahun berlalu, kukira hidupku sudah baik baik saja tanpanya. Banyak hal terjadi. Tak jarang aku bisa merasa bahagia saat sedang dekat dengan beberapa lelaki yang sempat singgah. Sampai pada akhirnya, kau datang lagi dan mengubah putaran duniaku. Kemudian tanpa sadar aku tersedot kedalam lubang waktu itu. Lubang waktu yang butuh waktu satu tahun untukku benar benar bisa keluar dari sana. Seperti rekoleksi memori, kau membawaku kembali pada waktu itu. Satu tahun lalu, aku yang teramat mencintaimu.

Malam itu kau kembali, menyapaku dengan kehangatan khas dirimu. Tatapan hangat, senyuman hangat, dan genggaman tanganmu yang hangat. Saat itu aku sudah berjanji pada hatiku untuk tidak tergetarkan oleh pesonamu. Namun sayang, di malam itu juga aku kembali jatuh padamu. Dan aku sadar akan satu hal; pertahanan yang kubangun selama kurun waktu ini telah sepenuhnya hancur. Sia sia.
Dan apa yang akan terjadi dapat kutebak. Waktu yang mengharuskanku untuk selalu bertemu denganmu. Mau tak mau, suka tak suka. Pertemuan demi pertemuan itu menjadi waktu berharga bagiku dimana aku dapat dengan leluasa memahamimu. Mengamati mu dari jauh. Aku dapat lebih banyak belajar tentangmu, yang sedikit banyak telah berubah sejak terakhir kali aku mengenalmu. Ada getir dihatiku saat aku sadar, aku harus belajar banyak tentangmu lagi, padahal aku merasa aku sangat mengenalmu. Dulu.

“Ah..kau yang sekarang lebih mudah untuk tertawa lepas” “Sejak kapan lelaki ku ini bisa begitu ekspresif saat bercengkrama dengan orang banyak?” “Kau lebih mempesona saat kau tunjukan ekspresi yang sedang kau rasakan saat itu. Sayang dulu kau tak begitu”

Gumaman dan pertanyaan terus muncul saat aku menatapmu dari kejauhan. Sudah seberapa banyak lelaki yang dulu begitu bisa menenangkanku ini berubah, siapa yang bisa membuatmu menjadi seperti ini, bagaimana kau bisa menjalani hidupmu dengan baik baik saja tanpaku selama ini. Apakah kau tau, aku tertwa getir saat melihatmu tertawa lepas dari kejauhan. Sebegitu besarkah perubahan yang ada dalam dirimu saat tanpa aku dihidupmu, kenapa bukan aku yang menemanimu melewati perubahan perubahan itu.

Satu tahun yang lalu, di depan lampu kota itu aku dengan tenang memberimu keputusan. Keputusan yang membawaku pada penyesalan mendalam. Keputusan untuk mengakhiri kita menjadi aku dan kamu. Sama seperti dulu, jauh sebelum kita saling mengenal. Sebelum aku yang begitu mengandalkanmu dengan segala kecerobohanku. Sebelum kamu yang menjadi begitu terbiasa dengan panggilan daruratku yang selalu menghubungimu untuk meminta bantuan. Sebelum kejadian di malam itu, saat aku dan kamu menjadi kita. Awalnya ku kira semua masalah akan selesai dan kita akan baik baik saja. Aku kira harusnya aku menerima penghargaan karena merasa semua masalah yang menghimpit kita selama ini terselesaikan dengan keputusan konyolku. Aku kira beban disetiap akhir pekan saat waktumu untuk menghadap Tuhanmu harus terenggut oleh ku yang membutuhkanmu untuk menemaniku bermain, aku melihat raut gelisahmu saat kau meninggalkan kewajiban ibadahmu atau tatapan aneh orang disekeliling  yang melihatmu hanya duduk diatas motor bukan masuk ke dalam masjid bersamaku, atau pembicaraan yang tak pernah menemukan ujung kita mengenai bagaimana hubungan ini harus berakhir akan terselesaikan dengan keputusanku saat itu.

Aku masih ingat dengan jelas raut terkejut yang terpancar diwajahmu saat aku mengungkapkan hal tersebut. Aku masih ingat saat kau masih mencoba menyangkal mempercayaiku dengan mengatakan aku konyol. Dan aku masih ingat dengan jelas bagaimana aku dengan tegas mengatakan aku tidak sedang dalam kondisi bercanda saat mengatakan itu.

Dan begitu saja, malam itu juga kita melebur menjadi hanya aku dan kamu. Hanya ada aku, dan kamu. Setelah itu tanpa sadar hari hari yang kulalui terasa lebih berat dibanding saat ada kamu. Aku begitu saja memulai aktifitasku tanpa adanya pesan manismu di ponselku, aku begitu saja menjalani hari hariku tanpa kamu yang dulu menemaniku. Meskipun kadang aku lupa memencet nomormu saat aku dalam kesulitan, selebihnya aku berusaha untuk baik baik saja. Saat ulang tahunku, kau masih mengingatnya dengan mengirimkan pesan singkat yang berisi doa tulus darimu, sesekali kau bertanya mengenai kabarku tapi aku berusaha untuk tetap tak bergeming. Aku tak mau jatuh lagi.

Sampai saat malam itu, malam dengan bau tanah khas hujan yang tak akan kulupa seumur hidupku. Karena malam itu waktu ku seakan kembali, karena malam itu malam dimana aku mengalah pada hatiku dan jatuh padamu lagi.

Mungkin pesan ini tak akan sampai kepadamu, namun jika ada keajaiban dan kau membaca pesan ini ketahuilah; malam ini aku menulis kembali rangkaian cerita kita tanpa adanya penyesalan. Ketahuilah, bersamamu aku sempat merasa damai dan bahagia. Bersamamu aku merasa tidak membutuhkan apapun lagi. Bersamamu aku bisa meredam seluruh ego dan ambisiku. Dan bersamamu, aku merasa aku adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Saat kau membaca pesan ini, ketahuilah; sampai saat ini kau masih  memiliki ruang khusus dihatiku. Aku memang tak berani berjanji akan menunggumu selama sisa hidupku, namun yang pasti ‘ruangmu’ tak akan pernah terisi oleh lelaki lain. Karena hangat yang kurasa pasti akan berbeda. Dan saat kau membaca pesan ini, ketahuliah; aku sangat berterimakasih padamu. Terimakasih telah memilih aku dulu sebagai wanitamu diantara ribuan wanita yang jauh lebih baik dariku. Terimakasih untuk mau menghargai keputusaku dengan dalih demi kita. Terimakasih sudah menerima dan tidak merengek kepadaku untuk membatalkan keputusan itu. Terimakasih karena telah membantuku melewati hari hari sulit tanpamu dengan tidak menghubungi ku lagi setelah malam itu dan memberiku waktu dan ruang untuk bergerak sendiri saat tanpamu. Terimakasih masih mengkhawatirkanku dengan sesekali menanyakan kabarku. Terimakasih masih mau menyapaku dengan hangat meskipun aku dulu sempat membuatmu teramat kecewa. Terimaksih masih memperlakukanku dengan baik tiap kali kita bertemu, dan terimakasih untuk tidak menerimaku kembali saat aku merengek memintamu kembali. Terimakasih untuk menyadarkanku kembali alasan mengapa aku dulu memintamu menjauh dariku. Dan terakhir, terimakasih karna kau sangat mencintai keyakinanmu dengan tetap mempertahankan keimanmu bukannya berlari padaku. Dengan kepribadianmu itu, bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padamu? Bagaimana bisa aku tetap bertahan di dinding itu dan tak jatuh lagi. Mengagumimu sama sekali tidak menimbulkan sesal dihatiku, bahkan mencintaimu bukan menjadi kesalahan dalam hidupku. Darimu aku banyak belajar mengenai kehidupan, belajar bagaimana saling menerima, belajar menjadi pribadi yang sabar, dan belajar bagaimana memaknai perbedaan. Di kehidupan selanjutnya, aku berharap Tuhan mempertemukan kita menjadi satu Hamba-Nya, sehingga kita tak perlu merasa kesulitan saat ingin saling mencintai. Di kehidupan selanjutnya, aku berharap aku yang menjadi wanitamu, yang mendampingimu di setiap langkahmu. Dan di kehidupan sekarang, mari kita hidup dengan baik,mengejar semua mimpi yang dulu pernah kita utarakan bersama, meskipun saat ini kita harus menempuh jalan yang berbeda. Aku tau mungkin aku terdengar egois, tapi bolehkah aku bertanya? Saat kau bahagia, saat kau sedih, atau saat kau mengalami masa masa sulit akankah kau berpikir tentang aku? Aku harap iya.

Yogyakarta, 21 Desember 2015
Selamat Natal, untukmu lelaki kuginting/2015

Senin, 08 Juni 2015

Seputar UU ITE dan Cybercrime

Seputar UU ITE dan Cybercrime



Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No.11 Tahun 2008 memiliki beberapa asas diantaranya asas Netral Teknologi. Asas ini penting dipahami karena sebagian orang memiliki pandangan yang keliru tentang cakupan UU ITE yang menganggap bahwa UU ITE hanya berkaitan dengan pemanfaatan internet saja. 
Asas Netral Teknologi berarti bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak  boleh dibatasi hanya satu macam produk maupun merk teknologi, tetapi terbuka pada berbagai macam produk dan merek teknologi informasi, tidak terbatas pada laptop, ipad, internet, komputer. 

Dalam UU ITE, istilah umum untuk perangkat elektronik dinamakan ‘Sistem Elektronik’, tidak digunakan kata ‘Komputer’, atau ‘Laptop’. Dalam pasal 1 angka 5 didefinisikan “Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis , menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik”.

Berdasarkan definisi Sistem Elektronik di atas, kita dapat memahami bahwa perangkat elektronik yang tercakup dalam UU ITE adalah perangkat elektronik yang memiliki fungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis , menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. Dalam dunia teknologi informasi, Sistem Elektronik dimaknai sebagai perangkat elektronk yang memiliki fungsi untuk mengolah data dan mendistribusikan informasi.

Dengan demikian, tidak ada alasan bahwa sebuah kasus hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat dijerat karena perangkat elektroniknya tidak tercakup dalam UU ITE, padahal perangkat elektronik itu memiliki fungsi mengolah data dan mendistribusikan informasi yang dalam UU ITE disebut Sistem Elektronik. Aparat Penegak Hukum (APH) tidak perlu ragu menggunakan pasal-pasal dalam UU ITE untuk menjerat pelaku tindak pidana teknologi informasi karena dalam UU ITE terdapat asas NETRAL TEKNOLOGI.





Note: Buat temen temen yang mau belajar tentag online media, silahkan kunjungi :))

Selasa, 26 Mei 2015

untitled

Hai lelaki yang pernah ada untuk mengisi hari ku, hari ini kamu berhasil mengejutkanku dengan sebaris pesan 'aku rindu'

Aku yakin secepatnya kamu akan membaca tulisanku ini. Tidak masalah bukan jika aku mengungkapkan kerinduanku disini?

Ya, aku pun rindu. Seandainya kamu tau saat menerima pesan mu sesaat lalu aku sedang menikmati foto lama kita, kamu yang dulu teramat kukenal.

Kamu begitu lugu di foto itu. Jujur, aku tidak melihat wajahmu yang tampan di foto lama mu. Lalu bagaimana bisa aku begitu jatuh pada segala yang ada padamu dulu? Kamu tumbuh dengan baik dan semakin tampan. Sepertinya wanita yang akan menemanimu nanti beruntung karna bisa menikmati wajah tampan khas lelaki dewasa darimu. Membayangkannya saja membuatku tertawa tanpa sadar.

Kita bukan tak pernah sekalipun bertegur sapa. Sampai detik ini aku dan kamu masih saling mengawasi kegiatan masing masing. Sadarkah kamu bahwa kita sudah banyak berubah?

Sadar bahwa aku masihlah seorang yang menemanimu tumbuh menjadi lelaki dewasa sudah membuatku bahagia. Sadar bahwa aku masih menemanimu untuk mengejar mimpi yang sedari dulu kamu ungkapkan kepadaku membuatku hangat, karna aku masih seorang yang kamu percaya.

Meskipun aku bukan lagi berada di posisi dimana aku harus terus mendorongmu menuju keatas, berada ditempat yang berbeda dan mengawasimu dari kejauhan sudah cukup bagiku. Meskipun aku dan kamu sudah beberapa kali berganti teman hidup, aku dan kamu masih saling mendoakan dalam diam.

Hai lelaki lugu ku yang kini sudah beranjak dewasa. Setahap demi setahap kamu sudah berjalan untuk menggapai semua mimpimu. Tetaplah seperti ini. Hanya dalam diam kita mengucap doa, dan sesekali mengungapkan rindu. Aku bahagia melihatmu baik baik saja disana.

Selasa, 14 April 2015

Kita

Hai, apa kabarmu lelaki yang dulu tak pernah bosan membuatku merasa jatuh cinta?

Apa kabar kamu, semoga kau tetap baik baik saja dimanapun kamu berada. Aku disini juga berkabar baik meskipun aku masih berusaha sekuat tenaga untuk menjadi baik.

Hari ini ulang tahunku, terimakasih karena masih mengingatnya. Taukah kamu hatiku masih berdegup kencang saat kau menyanyikan sebait lagu selamat ulang tahun di tengah malam? 5 tahun mengenalmu, bahkan sempat menjadi bagian dari hidupmu, 5 kali juga kita telah saling mengucap doa di tanggal kelahiran kita. Untuk semua doa dan waktu yang telah diluangkan, Terimakasih.

Hai, sadarkah kamu sudah berapa lama kita berusaha untuk mencoba kembali menjadi kita? Sudahkah kamu berpikir mengapa kita tak kunjung bisa kembali meski kata sayang dan rindu masih sering terucap?

Hari ini dengan sengaja aku membuka kotak kenangan kita. Tanpa sadar aku mengulum senyum tertahan membacanya. Hai, aku baru sadar bahwa kamu begitu lugu dulu. Kita saling melempar canda tanpa berpikir berat tentang masa depan. Dan akhirnya aku mengingat alasan mengapa aku bisa bertahan bersamamu begitu lama. Karena kamu bukan hanya menjadi kekasih bagiku. Tapi seorang kakak laki laki yang siap melindungiku saat ada orang asing yang menjahiliku, seorang sahabat dimana aku bisa berbagi semuanya, seorang musuh yang terkadang bisa menguji kadar emosiku, dan seorang partner yang siap ada untukku kapanpun itu.

Percayalah, dulu aku sangat bahagia bersamamu. Kulalui masa putih abu abu ku dengan kenangan manis yang kuukir hanya bersamamu. Dan sampai kini, saat umur kita sudah tak lagi anak anak, toh kenangan  itu tak juga hilang. Karena sudah mengukir kenangan manis di hidupku, terimakasih.

Dan aku pun lupa mengapa semua itu bisa hilang begitu saja. Ah sepertinya saat itu aku dan kamu sama sama sedang merubah diri menjadi seorang yang dewasa seiring bertambahnya usia kita. Aku dan kamu tiba tiba dipaksa untuk berpikir dan menentukan pilihan sebagai orang dewasa. Aku dan kamu sama sama bermimpi berada di puncak tertinggi, kalau saja aku masih bertahan untuk mendukungmu menapaki puncak dari belakang dan kamu masih terus menarikku menuju puncak bersama, apa yang akan terjadi pada kita saat ini? Ada rasa sesal saat ini mengapa kita memilih untuk menuju puncak dengan cara yang berbeda. Saat itu egoku memilih untuk melepasmu dan mengambil jalan lain menuju puncakku. Tapi taukah kamu, setelah berpisah jalan denganmu aku tertatih untuk mendakinya?

Aku dan kamu pernah sama sama berandai, bagaimana 'kita' nanti di masa yang akan datang. Apakah kamu masih tetap humoris seperti dulu dan aku yang masih saja senang berceloteh tentang apapun, ataukah kita akan menjadi dua orang yang berbeda? Ah, ternyata takdir berkata bahwa kita akan mengurai menjadi aku dan kamu. Tak ada yang berubah antara aku atau kamu. Aku masih saja cerewet dan membuat orang di sekitarku harus mendengar semua celotehanku-seperti kamu dulu. Dan kamu masih saja seorang yang humoris dan berkharisma seperti dulu. Tapi dengan semua alasan itu, mengapa aku masih ragu untuk kembali bersamamu?


Aku sudah mengenangmu dengan segala kenangan manis yang pernah kau sematkan. Namun, bolehkah aku mengulang lagi pertanyaan mengapa aku dan kamu masih sulit untuk menemukan jalan kembali meskipun kita masih seringkali mengucap rindu dan kata sayang?

Hai, ingatkah kamu saat saat terakhir sebelum kita berpisah? Bagaimana aku harus terus menangis karenamu dan kamu yang terus merunduk menahan emosi? Ingatkah kamu saat saat dimana aku dan kamu harus mengucap kata yang tak seharusnya diucapkan? Ingatkah kamu saat kita sekuat tenanga harus menahan emosi saat satu dan lainnya terus mengucap kata menyakitkan? Ingatlah, sebelum berpisah kita sudah melampaui batas yang tak seharusnya. Rahasia yang kamu percayakan padaku akhirnya harus ku ungkap demi membalas kata kasarmu. Begitu pula sebaliknya.

Dengan semua alasan itu, bukankah sudah jelas mengapa kita tidak bisa kembali bersama? Kita sudah terlanjur memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda, tidak lah mungkin aku atau kamu berbalik arah dan berjalan beriringan. Ya, karena ternyata 'puncak' yang kau maksud dengan apa yang ada dalam anganku berbeda. Kita bermimpi untuk tetap bersama di masa depan, namun tujuan kita berbeda. Kamu pun tau itu hal yang mustahil untuk kita teruskan bukan?

Yang harus kita lakukan sekarang hanyalah meneruskan perjalanan. Semoga kita bisa bertemu di puncak yang kita impikan. Maafkan aku yang memilih menjadi pengecut dan pergi. Tugasku seharusnya menjadi pendampingmu. Membenarkan saat kau salah, memberi semangat saat kau lelah dan menjadi rumahmu kapanpun kau ingin singgah. Namun ke egoisanku menuntunku untuk memilih jalan yang berbeda dan mendaki puncak impianku sendiri.

Semoga kamu mengerti apa yang aku tulis untukmu.
Terimakasih kamu, lelaki ku yang tak pernah bosan membuatku bangga akan semua hal yang kamu lakukan. Ada banyak kelebihan yang ada padamu Mas, teruslah bersinar. Akan kutunggu semua kabar baik dari mu. Doakan aku disini yang masih terus berjuang untuk meraih apa yang aku inginkan.

Selasa, 13 Januari 2015

Yogyakarta Aku Bermimpi

Yogyakarta bukanlah kota yang menjadi impian saya untuk melanjutkan studi dan mengejar cita cita. Namun mau berkata apa saat takdir menuntunku untuk bersahabat dengan kota ini dan mulai melanjutkan hidup tanpa keluarga disini. Sesuai dengan jargon yang digadangnya yaitu "Jogja Berhati Nyaman" tak dipungkiri kota ini memang memberikan rasa nyaman bagu siapapun yang menginjakkan kaki disini termasuk saya. Di kota ini lah saya mulai berjuang untuk mengejar cita cita dan impian saya. Banyak kisah yang telah saya lalui selama saya hidup di kota ini. Tak hanya suka, duka pun sering kali saya rasakan. Tak jarang kota ini menjadi saksi saat air mata saya mengalir merasakan lelah dan berat harus menjalani hidup sendiri tanpa keluarga. Banyak yang harus dikorbankan untuk mewujudkan mimpi saya, termasuk harus merelakan waktu berharga beesama keluarga tercinta. Tak jarang juga tangis saya pecah karena kerinduan saya kepada keluarga dan membayangkan seandainya saya tidak sendiri melanjalani hari hari yang berat disini. Di kota ini pula saya merasakan sakitnya jatuh berkali kali karna kegagalan. Namun dengan semua yang telah saya lalui tanpa sadar menjadikan saya pribadi yang kuat. Entah mengapa seiring berjalannya waktu, saat saya meninggalkan kota ini ada kerinduan yang memaksa saya untuk 'pulang'. Ah tanpa sadar saya sudah menganggap Yogya adalah rumah kedua saya. Dimana saya ingin pulang tiap kali rindu dan merasa lelah. Dan ini semakin menguatkan tekad saya untuk mengejar segala impian saya di kota ini. Yogyakarta, aku bermimpi!

Menulis Sosok

Sosok yang akan saya tulis kali ini adalah seorang yang benar benar spesial bagi saya. Beliau adalah malaikat Tuhan yang dikirimkan untuk dapat menjaga, mengasihi, dan menyayangi saya dan dua malaikat kecilnya yang lain. Dilahirkan pada 18 desember 51 tahun silam beliau di didik dan dibesarkan dengan pola asuh yang disiplin dan saling menyayangi antar sesama saudara. Prinsip saling memiliki itulah yang masih terus diterapkan dan diajarkan kepada kami anak anaknya. Beliau merupakan seorang sarjana setelah menempuh pendidikan 4 tahun dengan gelar Dra. Setelah lulus beliau bekerja di perusahaan konstruksi BUMN PT Hutama Karya persero selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Saat itu yang beliau pikirkan adalah menyekolahkan adik adik nya hingga lulus menjadi sarjana. Prinsipnya, sebelum menikah beliau ingin mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya. Saat bekerja disitulah beliau bertemu dengan seseorang yang akhirnya menjadi imam dalam hidupnya dan membuat kami anak anaknya bangga memanggilnya "Bapak". Setelah menikah beliau memilih keluar dari perusahaan tersebut dan mencari pekerjaan baru dan akhirnya bekerja pada perusahaan asuransi ternama di Indonesia yaitu Manulife Financial. Tak lama setelah beliau menikah dan bekerja disana, beliau di anugerahi seorang Putri oleh Tuhan yang pada akhirnya mengantarkan beliau pada keputusan untuk berhenti bekerja dan fokus menjalani peran nya sebagai ibu rumah tangga. Tak sampai 5 tahun beliau di anugerahi 3 malaikat kecilnya yang sering beliau sebut sebagai harta karun yang tak ternilai sepanjang hidupnya. Menjadi seorang Ibu dan seoarang istri diakuinya bukan hal yang mudah untuk dijalani. Tanggung jawab untuk mendidik anak anak nya dan memutar otak untuk mengelola keuangan rumah tangga secara bersamaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada kalanya beliau merasakan pasang surut dan rasa lelah dalam menjalani hidup, namun rasa sayang dan tanggung jawab nya menyandang gelar 'Ibu' yang membuatnya tetap tegar dan bertahan hingga saat ini. Kini putri tertua nya sudah hampir menyandang gelar sarjana, putra ketiganya memasuki tahun terakhir di sekolah menengah karna mengikuti program kelas akselerasi dan putri keduanya juga memasuki tahun kedua di sekolah menengah. Ketiganya sudah beranjak dewasa dan mulai di perbolehkan untuk memilih dan menentukan masa depannya masing masing. Harapannya kini adalah ketiga anaknya dapat menempuh study dengan gelar setinggi tinggi nya dan dapat membahagiakan kedua orang tua yang selama ini telah merawat dan membesarkannya.

Senin, 24 November 2014

(Hard News) NET Televisi Masa Kini

Yogyakarta-19 November 2014. Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta kali ini mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah salah satu stasiun televisi swasta Indonesia NETMEDIATAMA dalam acara open recruitment untuk pelamar pekerja dan citizen journalism&stadium general untuk mahasiswa yang disampaikan langsung oleh CEO NET Wishnutama. Citizen Journalism dimulai pukul 10.00 wib namun dari pukul 09.00 auditorium MMTC sebagai tempat acara sudah ramai dipadati oleh mahasiswa yang akan melakukan pendaftaran ulang untuk mengikuti acara. Acara cukup menarik perhatian karna diikuti oleh kurang lebih 200 mahasiswa Yogyakarta. Materi yang disampaikan pun bagus karna mengajarkan bagaimana menjadi citizen non jurnalis yang baik. Dan menekankan bahwa kita sebagai mahasiswa juga bisa menjadi seorang jurnalis.
Setelah itu acara dilanjutkan dengam stadium general yang disampaikan langsung oleh Wishnutama sebagai CEO NETMEDIATAMA dengan tema "Media kini dan Masa Depan" Peserta yang hadir pun terlihat sangat antusias dilihat dari membludaknya jumlah peserta yang bahkan melebihi dari kapasitas auditorium MMTC. Selama berlangsungnya acara Wishnutama sebagai pembicara sangat bersemangat dalam menjawab banyaknya pernyataan dari peserta.
Dengan jawaban yang dilontarkan oleh Wishnutama sebagai pembicara dimana beliau adalah orang yang bergelut di bidang media semoga dapat memberi manfaat tambahan ilmu bagi peserta dalam menambah wawasan dan ilmu di bidang media.